INTERAKSI PSIKOLOGIS ANTARA DA’I DAN MAD’U
|
Jumat, 18 November 2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Psikologi dakwah merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai kejiwaan masyarakat dengan cara mengajak, memotivasi,
mensugesti, serta membimbing individu maupun kelompok, supaya memiliki akal
pikiran yang sehat dan sejahtera jiwanya sehingga mereka mampu menerima ajaran
agama dengan penuh kesadaran dan dapat menjalankan tuntunan agama sesuai dengan
syariat Islam. Di dalam psikologi dakwah juga ditujukan untuk menumbuhkan
hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri, karena setiap manusia pasti menginginkan hubungan yang positif dengan
orang lain. Tidak ada seorang pun yang ingin dikucilkan dalam masyarakat.
Hal tersebut erat kaitannya dengan
interaksi sosial. Karena manusia tidak bisa lepas dari lingkungannya, dengan
kata lain berbicara interaksi sosial, akan menjawab pertanyaan “Bagaimana
individu itu berhubungan dengan lingkungannya ?”.Di dalam proses interaksi
sosial terdapat tindakan saling mempengaruhi antara individu satu dengan yang
lainnya. Terutama bagaimana cara da’i dalam mempengaruhi mad’unya. Untuk lebih
jelasnya, pada kesempatan ini kelompok Kami akan membahas mengenai pengertian
interaksi sosial, beberapa macam interaksi sosial serta pengaruh yang akan
ditimbulkan dengan adanya interaksi sosial.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian interaksi sosial ?
2. Apa bentuk-bentuk
interaksi
antara da’I dan mad’u ?
3. Bagaimana syarat-syarat interaksi sosial
yang efektif ?
4. Bagaimana pengaruh interaksi antara da’i
dan mad’u ?
II.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Interaksi Sosial
Interaksi Sosial adalah hubungan
timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat
di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari
sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi
saling mempengaruhi.[1]
Menurut
Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas
yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau
hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi
pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian
bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi
pasangannya.
Pengertian
Interaksi sosial menurut Bonner merupakan suatu hubungan antara dua orang atau
lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau
mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Kemudian menurut John Lewis Gillin, Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara
individu dan kelompok, atau antar kelompok.
Dengan demikian maka Interaksi adalah suatu bentuk hubungan
antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah
laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat
biologis lambat laun berubah menjadi makhluk hidup atau pribadi, proses
tersebut berlangsung timbal balik, masing – masing bertindak dalam keseluruhan proses
yang mempengaruhi atau menyebabkan yang lain juga bertindak. Interaksi sosial
dengan demikian merupakan perilaku timbal balik, suatu perilaku dimana masing –
masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan
tindakan yang akan dilakukan orang lain[2]
Interaksi sosial yang demikian merupakan prilaku timbal balik
dimana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan
diri dengan tindakan yang dibutuhkan orang lain.[3] Karena dalam interaksi psikologis ada tindakan
saling mempengaruhi, timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling merubah dan
memperbaiki perilaku masing-masing secara timbal- balik bail disadari maupun
tidak.
2.
Bentuk-bentuk Interaksi antara Da’I dan Mad’u
Menurut Soerjono
Soekanto ada empat bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama (cooperatin),
persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict),
dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation), untuk lebih jelasnya
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah
satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama
orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
yang bersama.
Timbulnya kerjasama
karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama menjadi kuat apabila ada
musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat bersifat agresif
apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaantidak puas.
Kebudayaan adalah hal
yang mendorong terjadinya kerjasama. Bentuk kerjasa masyrakat Indonesia yang
tradisional disebut gotong royong. Bentuk –bentuk kerjasama antara lain :
1) Kerjasama spontan, kerjasama yang timbul karena serta merta atau
spontan.
2) Kerja sama langsung, kerjasama ynag timbul karena adanya
perintah atasan atau penguasa.
3) Kerjasama kontrak, kerjasama karena adanya kepentingan tertentu.
4) Kerjasama tradisional, kerjasama sebagai unsur sistem sosial,
misalnya gotong royong, gugur gunung, dan tolong menolong.
Kerjasama ditinjau
dari pelaksanaanya ada lima bentuk, yaitu :
a. Kerukunan (gotong
royong dan tolong menolong)
b. Bergaining, yaitu pelaksanaan
perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau
lebih.
c. Kooptasi, yaitu suatu
proses penerimaan unsur- unsur baru dalam kepempinan dan pelakanan politiksuatu
organisasi, sebagai suatu cara untuk mengatasi kegoncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
d. Koalisi, yaitu
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
e. Join venture, yaitu kerjasama dalam
pelaksanaan proyek- proyek tertentu, misalnya perfilman, pemborongan minyak,
pertambangan, dan perhotelan.
b. Persaingan (cooperation)
Persaingan adalah
suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari
keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka
yang telah ada.
Bentuk persaingan
antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, serta
persaingan ras.
Fungsi persaingan
antara lain sebagai berikut :
1. Menyalurkan keinginan
individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
2. Sebagai jalan agar
keinginan, kepentingan, dan nilai- nilai tersalur dengan baik.
3. Untuk menyaring
goongan fungsional.
Faktor yang terkait
dengan persaingan yaitu, kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok
dan disorganisasi.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau
persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang disertai
ancaman atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan
antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan
sosial.
Bentuk- bentuk
pertentangan antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial,
pertentangan antar kelas sosial, pertentangan politik dan pertentangan yang
bersifat internasional.[4]
. d. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi
merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan kelompok lain yang
menimbulkan kerjasama yang baik. Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
1) Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan karena adanya paksaan.
2) Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak
yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3) Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila
pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri
4) Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang
pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
5) Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
6) Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana
pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangan.
3.
Syarat-syarat
Interaksi Sosial yang Efektif
a.
Kontak Sosial
Kontak berasal
dari kata Latin cum atau con yang berarti bersama -
sama, dan tangere yang memiliki arti menyentuh. Jadi, secara
harafiah kontak berarti bersama - sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologis,
kontak merupakan gejala sosial. Orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak
lain tanpa mengadakan sentuhan fisik, misalnya berbicara dengan orang lain
melalui telepon, surat, dan sebagainya. Jadi, kontak sosial merupakan aksi
individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku
dan si penerima, dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi. Kita
membedakan kontak berdasarkan cara, sifat, bentuk, dan tingkat hubungannya.
b. Komunikasi
Dalam
berinteraksi dengan teman - teman, tentu Anda juga melakukan komunikasi. Apakah
komunikasi itu? Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan gerak - gerik
fisik, ataupun perasaan. Selanjutnya, timbul sikap dan ungkapan perasaan
seperti senang, ragu, takut, atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang
merupakan reaksi atas pesan yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah
terjadi komunikasi. Jadi, komunikasi adalah tindakan seseorang menyampaikan
pesan terhadap orang lain dan orang lain itu memberi tafsiran atas sinyal
tersebut serta mewujudkannya dalam perilaku.
Dalam
komunikasi terdapat empat unsur, yaitu pengirim, penerima, pesan, dan umpan
balik.
4.
Pengaruh
Interaksi Sosial antara Da’i dan Mad’u
a. Makna
Interaksi Sosial
Bahwa
di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling pengaruh-mempengaruhi
antara individu yang satu dengan yang lain, baik individu itu dalam keadaan
perorangan (personal) ataukah dalam kelompok sosial. Kalau kita kaitkan dengan
dakwah, maka dalam dakwah dikenal dengan istilah personal approach atau “dakwah
face to face”, sehingga terjadi proses pengaruh-mempengaruhi antara da’I dengan
mad’u atau sebaliknya.
b. Faktor
Dasar Interaksi Sosial
1) Imitasi
Nabi Muhammad sendiri
menjadi teladan umat manusia, baik umat islam maupun non-Islam. Baik dalam
kehidupan muamalah, ibadah, ataupun kehidupan lainnya (khususnya muslim),
bahkan kalau kita mau bersikap objektif umat non islam pun dapat mengambil
hikmah perilaku dan teladan Rasulullah saw. Di sinilah pentingnya imitasi dalam
dakwah. Sebagai seorang da’I.
2) Sugesti
Sugesti merupakan
proses mempengaruhi orang lain, dengan tujuan tingkah laku (behavior), bersikap
(attitude) pendapat (oppinion) supaya identik dengan kita. Begitu pula dakwah
dengan tujuan, agar mad’u itu mengikuti jalan yang Islamis. Tidak terlalu
tergesah-gesah pada hakikatnya antara keduanya memiliki hubungan yang erat
sekali, bahkan dakwah merupakan sugesti pada orang lain.
3) Identifikasi
Sebagai ilustrasi,
bagi seoarang anak, sang ayah adalah refleksi sifat kejantanan, kewibawaan, dan
kepemimipinan. Sedang ibu adalah idola dari perwujudan kelembutan dan kasih
saying. Dengan demikian metode keteladanan dalam dakwah mutlak sifatnya, sebab
orang lain akan lebih dulu melihat tindak tanduk dan perilaku kita. Sehingga
ada pepatah mengatakan “lihat orangnya dan jangan lihat apa yang di
ucapkannya”, walaupun Ali bin Abi Thalib ra. Mengingatkan: “lihat apa yang
diucapkan dan bukan siapa yang mengucapkan”, tetapi realitasnya lain. Di
sinilah peran orang tua dalam menumbuhkan religious consciousness atau rasa
keagamaan pada anak-anaknya, salah satu caranya adalah menumbuhkan iklim
religious dan teladan bagi anak-anaknya. Islam menggarisbawahi tentang
kehidupan keluarga ini. Di sini jelaslah kewajiban orang tua memberi contoh
yang baik dan bertanggungjawab kepada anggota keluarganya, sebab ia sebagai
model identifikasi. Begitu pula dalam dakwah, da’I merupakan the best example
dalam lingkungan masyarakat.
4) Simpati
Dalam proses interaksi
dalam dakwah, factor simpati ini besar sekali perannya. Karena salah satu yang
tidak dapat diabaikan dalam proses dakwah adalah terlebih dahulu membangkitkan
rangsangan (stimulan) yang akan memberikan jalan pada mad’u. Seorang da’I harus
mampu menumbuhkan rasa simpati pada mad’u. Sekiranya mad’u sudah tidak simpati
terlebih dahulu dengan da’I jangan diharapkan terjadi feed back dalam dakwah,
apalagi tujuan dakwah akan terealisasi.[6]
III.
Kesimpulan
Interaksi
adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku
seseorang diubah oleh tingkah laku yang laindapat timbul berbagai dampak dari
interaksi timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik dampak positif maupun
negatif adapun kaitannya dengan para pegiat dakwah. Adapun
factor dasar interaksi yaitu factor imitasi, factor sugesti, factor
identifikasi, dan factor simpati dimana seorang da’I harus mampu menguasai berbagai
faktor interaksi sosial itu salah satunya menumbuhkan rasa simpati pada mad’u.
dan adapun juga bentu-bentuk interaksi yang meliputi kerja sama (cooperatin),
persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict),
dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation).
Dalam kegiatan dakwah
selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i dan Mad’u.
Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u
yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan
dengan silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik dari sang Da’i. Dengan
demikian tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
[1] Totok Jumantoro, Psikologi
Dakwah, AMZAH, 2001, hal 84
[3] H.M Arifin, Psikologi
dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) hlm. 69
[5]http://fara-cantika.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-interaksi-dan-interaksi.html, di unduh selasa, 29 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar