Hadist Periode Ke-6
|
Kamis, 08 Desember 2016
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Periode
keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada masa ‘Abasiyyah
angkatan kedua. Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa At-Tartibi wa
Al-Istidraqi wa Al-Jami’. Ulama-ulama hadist yang muncul pada abad ke-2 dan
ke-3, digelari Mutaqqadim, yang mengumpulkan hadist dengan semata-mata
berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri., dengan menemui para
penghapalnya yang tersebar di setiap pelosok dan penjuru Negara Arab, Parsi,
dan lain lainnya. Setelah abad ke-3 berlalu, bangkitlah pujangga abad keempat.
Para ulama abad keempat ini dan seterusnya digelari ‘Mutaakhirin’.
Kebanyakan hadist yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari
kitab-kitab Mutaqqadimin, hanya sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari
sendiri para pengahapalnya.
Pada
periode ini muncul usaha-usaha istikhraj, umpamanya mengambil suatu
hadist dari Al-Bukhari Muslim, lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri
yang lain dari sanad Al-Bukhari atau Muslim. Diantara mustakhraj
untuk Shahih Al-Bukhari adalah (1) Mustakhraj Shahih Al-Bukhari
oleh Hafidh Al-Jurjany, (2) Mustakhraj Shahih Al-Bukhari oleh Hafidz Abu
Bakr Al-Barqani (425 H), dan lain-lain. Diantara Mustakhraj Shahih Muslim,
adalah Mustakhraj Shahih Muslim olehAl-Hafidz Abu ‘Awanah (316H), Mustakhraj
Shahih Muslim oleh Hafidz Abu Bakr Muhammad Ibnu Raja, dan sebagainya.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan ilmu hadist
periode ke enam ?
2. Bagaimanakah keadaan politik pada periode
ke enam ?
3. Bagaimana kegiatan ulama hadist pada
periode ke enam ?
4. Bagaimanakah cara penyusunan kitab hadist
pada periode ke enam ?
5. Apa saja kitab-kitab yang lahir dalam abad
keenam hijrah ?
6. Siapa sajakah tokoh-tokoh hadist dalam masa
ke enam ?
PEMBAHASAN
1. Perkembangan
Hadist periode ke enam
Perode
ke enam dimulai dari abad ke IV hingga tahun 656H, yaitu pada masa Abasiyah
angkatan kedua. Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa At-Tartibi wa
Al-Istitdraqi wa Al-Fami’. Ulama-ulama hadist yang muncul pada abad ke dua
dan ke tiga di gelari mutaqoddimin, yang mengumpulkan hadist dengan
semata-mata berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan
menemui para penghafalnya yang tersebar disetiap pelosok dan penjuru Negara
Arab, Persia dan lain-lainnya.
Setelah
abad ke tiga berlalu, Bangkitlah pujangga abad keempat. Para ulama/ abad
keempat ini dan seterusnya di gelari mutaakhirin. Kebanyakan hadist yang mereka
kumpulan adalah petikan atau nukilan dari kitab-kitab mutakhaddim, hanya
sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari sendiri terhadap penghafalnya.
Ulama hadist bertingkat kedudukannya, ada yang diantara mereka hafal sampi
100.000 hadist dan mendapat nama Hafizh, ada yang menghafal 300.000
hadist dan mendapat nama Hujjah, sedangkan yang lebih jauh dari itu,
degelari Hakim.[1]
2. Keadaan
Politik pada Periode ke Enam
Sejak
abad IV, daulah Islamiyah mengalami kemunduran. Lahirlah beberapa daulah
Islamiyah kecil yang tidak berdaya. Dikawasan barat Bani Umayyah di Andalusia
di pimpin oleh Abdur Rahman An-Nashir menyatakan diri memisahkan diri dari
Daulah Abbasiyah dan mengatakan sebagai Amirul Mukminin juga. Di Afrika Utara,
golongan Syi’ah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi Al-Fathimi
mendirikan daulah Fathimiyah. Ubaidillah juga mengatakan diri sebagai Amirul
Mukminin. Di Yaman, golongan Syi’ah Zaidiyah juga mendirikan daulah seendiri,
terpisah dari Daulah Abbasiyah yang ada di Baghdad. Sedang di Baghdad sendiri,
walaupun yang berkuasa secara format dari Bani Abbasiyah, tetapi secara praktis
kekuasaan dipegang oleh Bani Ad-Dailamy yang dikenal juga sebagai Bani Buwaih.
Di Mosul dan Halb, Bani Hamdan mengaku juga sebagai Bani Abbasiyah dan berkuasa
di kedua daerah itu.
Antar
daulah Islamiyah tersebut, timbul keinginan saling menguasai. Mereka saling
menyerang dan saling mengaku sebagai penguasa tertinggi terhadap daulah
Islamiyah yang ada. Demikian gambaran kecil tentang keadaan dunia Islam pada
masa itu. Dengan gambaran ini telah dapat dibayangkan betapa lemahnya daulah
Islam.[2]
3. Kegiatan
ulama hadist pada periode ke enam
Walaupun pada periode ini
daulah Islamiyah meulai melemah dan akhirnya runtuh, trtapi kegiatan Ulama
dalam melestarikan hadist tidaklah terlalu terpengaruh. Sebab kenyataannya
tidak sedikit Ulama yang tetap menekuni dan bersungguh-sungguh memelihara dan
membanggakan pembinaan Hadist, sekalipun caranya tak sama lagi dengan Ulama
pada periode sebelumnya.
Pada periode keenam ini,
Ulama Hadist pada abad IV tidak lagi banyak yang mrngadakan perlawatan
kedaerah-daerah seperti yang telah dilakukan oleh Ulama pada abad III, maka
Adz-Dzahaby menjadi penghujung tahun 300H sebagai batas yang memisahkan antara
masa Ulama Mutaqqadimin dengan Ulama Mutaakhirin. Pada periode
ini Ulama Hadist pada umumnya hanya memperpegangi kitab-kitab Hadist yang telah
ada, sebab seluruh Hadist pada abad IV (awal periode keenam ini), telah telah
terhimpun dalam kitab-kitab Hadist tersebut.[3]
Kegiatan Ulama yang menonjol dalam memelihara dan mengembangkan Hadist Nabi
yang telah terhimpun dalam kitab-kitab Hadist tersebut, adalah :
a) Mempelajarinya
b) Menghafalnya
c) Memeriksa dan menyelidiki sanad-sanadnya
d) Menyusun kitab-kitab baru dengan tujuan
untuk memelihara, menertibkan dan menghimpun segala sanad dan matan yang saling
berhubungan serta yang termuat secara terpisah dalam kitab-kitab yang telah ada
tersebut.[4]
4. Penyusunan
kitab Hadist dalam periode keenam
a) Kitab-kitab Shahih dan Sunan disusun dengan
dasar membagi kitab-kitab itu kepada beberapa bab, misalnya bab wudlu, bab
shalat dst. Maka tiap-tiap hadist yang berpautan dengan bab wudlu dimasukkan ke
dalam bab wudlu, begitu seterusnya.
b) Kitab Musnad, disusun menurut nama perawi
pertama, perawi yang menerima dari Rasul. Maka segala Hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Bakr, Misalnya, dileakkan dibawah nama Abu Bakr.[5]
c) Ibnu Hibban, menyusun kitabnya dengan jalan
membagi hadist kepada lima bagian :
§ Pertama à Bagian suruhan
§ Kedua à bagian tengahan
§ Ketiga à bagian khabar
§ Keempat à bagian ibadat
§ Kelima à bagian af’al (pekerjaan)
d) Ada juga penyusun yang menyusun kitabnya
secara kamus, memulainya dengan hadist yang berlawanan a-i-u. kemudian yang
berlawanan b, demikian seterusnya, seperti kitab Al Jami’ush Shaghir susunan As
Sayuthi. [6]
Usaha-usaha
yang dilakukan oleh ulama hadis pada abad ini adalah:
1. Mengumpulkan hadis Bukhari/ Muslim dalam
sebuah kitab.
2. Mengumpulkan hadis-hadis dalam kitab enam
dengan urutan sebagai berikut:
·
Al Jami’ Al Shahih susunan Imam Bukhari
·
Al Jami’ Al Shahih susunan Imam Muslim
·
Al Sunan susunan Abu daud
·
Al Sunan susunan al Tirmidzi
·
Al Sunan susunan al Nasa’i
·
Al Sunan susunan ibn Majah.
3. Mengumpulkan
hadis-hadis yang terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah Mashabih As
Sunnah oleh Imam husain ibn Mas’ud al Baghawi (516H), Jami’ul Masanid wal Alqab
oleh Abdurrahman ibn Ali al jauzy (597 H), Bahrul Asanid al Hafidh Al Hasan ibn
Ahmad al Samarqandi (491H).
4. Mengumpulkan hadis-hadis hukum dan menyusun
kitab-kitab Athraf.
Pada periode
ini muncul usaha-usaha istikhraj dan istidrak. Istikhraj adalah mengambil suatu
hadis dari Bukhari dan muslim misalnya, lalu meriwayatkan dengan sanad sendiri.
Contoh kitabnya adalah Mustakhraj shahih Al Bukhari oleh hafidh al Jurjany,
Mustakhraj shahih Muslim oleh Al hafidh Abu Awanah. Sedangkan istidrak yaitu
mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau
salah satunya yang kebetulan tidak diriwayatkan atau dishahihkan oleh Bukhari
dan Muslim. Contohnya kitab Al mustadrak oleh Abu Dzar al Harawy.
5) Kitab-kitab yang Lahir dalam Abad keenam
Hijrah
a) Al Jami’u banish Shahihain, susunan
Muhammad ibn Ishaq Al Asyabily (583H).
b) Tadrij ash-Shahihah, susunan Abu al-Hasan
Muhammad ibn Razin ibn Mu’awiyah al-Sarqasthy (535 H). Kitab ini disempurnakan
oleh Imam Ibnu Atsir al-Jazairy asy-Syafi’y dengan diberi syarah ringkas,
khususnya mengenai lafal-lafal hadist. Kitab syarah ini dinamai Jami’al-Ushul.
Kitab ini telah dicetak di Mesir pada masa akhir-akhir ini dengan ditahqiqkan
oleh Al-Ustadz Muhammad Hamid al-Faqy. Kitab ini mencakup isi
kitab-kitabAl-Bukhary, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzy, An-Nasa’y dan
Al-Muwaththa’. Kitab ini telah diistikhsarkan oleh beberapa ulama, diantaranya
Ibnu Daiba’ asy-Syaibany az-Zabidy (844 H) dalam kitabnya Taisir al-Wushul ila
Jami’ al-Ushul.
Untuk menyempurnakan isi Al-Jami’ ini, Abu
Bakar Thahir Muhammad ibn Ya’qub al-Fairuzabady (818 H) berusaha menyusun kitab
Tashil al-Wushul ila al-Hadist az-Zaidah ‘ala Jami’ al-Ushul. Kitab Al-Jami’
dan Tashil ini dapat dianggap sebagai himpunan segala kitab hadist.[7]
c) Al-Jami’u bainash Shahihain susunan
Muhammad ibn Ishaq Al-Asybily (582 H)
d) Al-Jami’u bainash Shahihain susunan Abdul
Haq ibn Abdir Rahman Al-Asybily yang terkenal dengan nama Ibnu Kharrat.[8]
e) Mashabihush Sunnah, susunan Al Imam Husain
ibn Mas’ud Al-Baghawy (516 H). Di dalamnya terkumpul 4484 buah hadist yang
shahih, dan hasan serta diterangkan hadist-hadist yang tidak dapat dijadikan
hujjah. Kitab Al-Mashabih ini mendapat perhatian besar. Kitab ini sudah
disempurnakan oleh Muhammad ibn Abdullah Al Khatib At Tabrizy dalam tahun 737 H
dan dinamai Mishkatul Mashabih yang telah disyarahkan oleh beberapa orang
ulama.[9]
6) Tokoh-tokoh hadist dalam masa keenam
Diantara tokoh-tokoh hadist dalam masa
keenam ini, adalah :
a) Ibnu Khuzaimah
b) Al Hakim
AL-Hakim, ialah: Abu Abdullah an-Naisabury, yang
terkenal dengan nama Ibnul Baiyyi’, pengarang al-Mustadrak.
Beliau mempunyai banyak karangan dalam ilmu hadis.
Diantaranya, Al ‘Ilal wa Amali, Ma’rifatu Ulumil Hadis dan lain-lain. Al-Hakim
mejabat pekerjaan Qodli di Naisabur pada tahun 359 H.
Al-Hakim wafat pada tahun 405 H
c) Ibnu Hibban
Ibnu Hibban, Ialah: Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad Abu
Hatim al-Bustiy at-Tamimy, seorang hafidh yang terkemuka.
Beliau banyak mendengar hadis dari ualam-ulama hadis
diberbagai kota. Beliau terkenal sebagai pelawat dalam mencari hadis.
Al Hakim berkata: “Ibnu Hibban adalah salah satu dari
wadah ahli hadis dan lughat, seorang fiqih yang besar”.
Kitanya ini disusun dengan tertib yang terdiri, yaitu
tidak berdasar bab dan tidak berdasar musnad. Isi kitab ini di bagi 5 bagian,
yaitu : Awamir, Nabawi, Akhbar, Ibadat dan Af’alun Nabi.
Ibnu Hibban wafat pada tahu 342 H
d) Ad Daraquthny
Ath Ad-Daraquthny, ialah: Ali ibn Umar ibn Ahmad ibn
Maddy, seorang hafidh yang besar dan salah seorang dari amirul mukminin fil
hadits.Beliau banyak mendengar hadis, dan banyak mengarang kitab dalam bidang
hadis. Beliau terkenal sebagai seorang imam di masanya dalam bidang jarah dan
ta’di. Beliau mempunyai sebuah kitab shahih al- Bukhori dan shahih
Muslim.Ad-Daraquthny wafat pada tahun 385 H. Thabarany
e) Al Qasmi ibn Qathlubagha
f) Ibnu ‘s-Sakan
g) Ath Thahawy
Ath-Thahawy, ialah : Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad
ath-Thahawy, seorang hafidh dan seorang ahli fiqh.
Beliau mempunyai sebuah kitab yang dinamakan Ma’amil
Atsar, sebuah kitab yang tertinggi nilainya.
Diterangkan ole hath-Thahawiy sendiri bahwa pada suatu
ketika sebagian temannya meminta supaya beliau menyusun sebuah kitab berisi
hadis-hadis yang diterima dari rasul dalam bidang hokum, yang disangka oleh
sebagian orang, bahwa hadis-hadis itu berlawanan satu sama lainnya, lantaran
mereka tidak mengetahui tentang nasikh dan mansukh.
Ibnu Ath-Thahawy wafat pada tahun 321 H
h) Al Baihaqy
i)
Isma’il ibn Ahmad Ibnul Furat
j)
Muhammad ibn Mashr Al Humaidy
k) Al Baghawy
l)
Muhammad ibn Ishaq Al Asybily
m) Ahmad ibn Muhammad Al Qurthuby (Ibnu
Hujjah)
n) Razin ibn Mu’awiyah Al ‘Abdary As Sarqasty
o) Ibnul Atsir Al Jazary
p) ‘Abdur Rahman Ibnul Jauzy
q) Al Hasan ibn Ahmad As Samarqandy
r) Abdul Ghany ibn Abdul Wahid Al Maqdisy
s) Abdul ‘Adhim ibn Abdul Qawy Al Mundziry
t) Ibrahim ibn Muhammad Al Maqdisy
u) Abi Muhammad Khalf ibn Muhammad Al Wasithy
v) Abu Nu’aim Ahmad ibn Abdillah Al Ashbahany
w) Ibnu Asakir
x) Syamsuddin ibn Muhammad Al Husainy[10]
KESIMPULAN
Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada
masa ‘Abasiyyah angkatan kedua. Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa
At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-Jami’. Mengenai keadaan politik bahwa sejak
abad IV, daulah Islamiyah mengalami kemunduran. Lahirlah beberapa daulah
Islamiyah kecil yang tidak berdaya.
Pada periode keenam ini, Ulama Hadist pada abad IV tidak lagi banyak
yang mrngadakan perlawatan kedaerah-daerah seperti yang telah dilakukan oleh
Ulama pada abad III, Pada periode ini Ulama Hadist pada umumnya hanya
memperpegangi kitab-kitab Hadist yang telah ada, sebab seluruh Hadist pada abad
IV (awal periode keenam ini), telah telah terhimpun dalam kitab-kitab Hadist
tersebut.
Kitab yang lahir pada periode ini diantaranya yaitu Al Jami’u banish
Shahihain, susunan Muhammad ibn Ishaq Al Asyabily (583H),Tadrij ash-Shahihah,
susunan Abu al-Hasan Muhammad ibn Razin ibn Mu’awiyah al-Sarqasthy (535 H), dan
lain sebagainya.
Tokoh-tokoh hadist dalam periode ke-enam ini yaitu :
a) Ibnu
Khuzaimah
b) Al Hakim
c) Ibnu Hibban
d) Ad
Daraquthny
e) Ath
Thabarany, dan lain-lain
[5]Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu
Hadist, (Semarang: PT Pustaka Rizky Putra, 2001) hal 95
[6] T.M. Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadist, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)hal 117
[7] Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu
Hadist, (Semarang: PT Pustaka Rizky Putra, 2001) hal 103-104
[8] Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu
Hadist, (Semarang: PT Pustaka Rizky Putra,2009) hal 87
[9] T.M. Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)hal
125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar